Training Psikologi di SAB
Berikut ini adalah tulisan tentang pelatihan psikologi yang dikirim oleh Ibu Nadia lewat mailing list Sekolah Alam Bandung.
Hari Jumat, 19 Agustus 2005, saya terima SMS dari SAB. Wah apa isinya yah? Ternyata isinya : “Ortu SAB yg terhormat, Sabtu besok ada training psikologi di sekolah. Pembicara dr. Dewi, dr.spesialis anak, dan Dra. Farah, psikolog. Jam 9.00 pg. Biaya 50 rb. Ditunggu. SAB. Yanti”Oh… dari Ibu Yanti, Ketua DK PG dan TKA. Menarik juga nih sepertinya… Langsung saya telepon balik ke nomernya SAB. Daftar deh buat besok Sabtu.
Sabtunya, saya sampe ke SAB dengan tergesa-gesa (telat as always J). Sudah lumayan banyak guru dan orang tua siswa yang ngumpul di saung atas. Ternyata belum mulai, masih menunggu pembicara pertama, dr. Dewi yang masih di perjalanan.
Sekitar pk.10.00 baru sesi pertama dimulai. Moderator mengawali dengan penjelasan sedikit tentang CV dr. Dewi K. Utama yang merupakan neuro- pediatrician pendiri Pediatric Therapy Clinic di Jl. Cipaku Indah V11/7 Bandung. Oh iya, sebelum sesi dimulai, dibagikan pula outline training dan makalah mengenai Sensory Integration. Isinya sangat menarik, saya ringkas dalam bentuk artikel yang menyusul tulisan ini.
Setelah makan siang, training dimulai kembali dengan pembicara kedua yaitu Dra. Farah T. Suryawan, psikolog anak dari Klinik Perkembangan dan Perilaku Anak “Tanaya” Bandung. Tema makalah yang dibawakan adalah “Bagaimana Mengoptimalkan Kemampuan Mental Anak dengan Konsep Bermain sebagai Pusat Kurikulum?”
Di akhir setiap sesi, ada tanya jawab antara pembicara dengan pemirsa. Sesi ini menarik sekali, karena banyak kasus-kasus “ajaib” para siswa SAB yang didiskusikan oleh para guru dengan pembicara.
Sayangnya tidak semua orang tua murid dapat hadir pada kesempatan ini. Mungkin juga karena pemberitahuan yang mendadak sehingga orangtua tidak bisa menjadwal ulang acara yang telah direncanakan sebelumnya. Saya harap, kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang bisa membuka wawasan baik guru maupun orang tua murid dalam mendidik anak-anak SAB.
Akhir kata, semoga rangkuman yang saya buat cukup jelas dan bisa membawa manfaat buat pembacanya. Amin.
Sekolah Alam : bantuan untuk anak dengan kebutuhan khusus dengan mendekati alam. Oleh : dr.Dewi K. Utama, Spa (neuro-pediatrician) Pediatric Therapy Clinic di Jl. Cipaku Indah V11/7 Bandung
SAB peduli dengan anak yang berkebutuhan khusus, mau menerima dan merengkuh mereka. Ini merupakan tugas berat. Ada 2 pendekatan yang bisa diambil : asal menerima saja ATAU berusaha membantu agar anak2 ini dapat mencapai potensi yang dimilikinya? Apa yang dapat diusahakan?
Anak dengan kebutuhan khusus berbeda dengan anak “biasa” dalam hal :
- tingkat kecerdasan
- interaksi sosial dan komunikasi
- motorik kasar dan halus
Contoh pelayanan yang bisa diberikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah :
- bergabung dengan anak-anak “biasa” pada pelajaran tertentu : seni, olahraga
- bantuan khusus, tergantung kesulitan anak. Contoh : komputer (untuk anak yang sulit menulis), helper (untuk anak yang sulit berhubungn sosial), kursi khusus, strategi oral-motor (untuk membantu konsentrasi dengan menggerakkan mulut, misalnya menyediakan camilan saat belajar), rehat singkat (setiap 30 menit belajar, perlu jeda bbrp menit)
- menyediakan jam tertentu untuk terapi : terapi apa, oleh siapa, untuk anak yang mana dan harus sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak.
- Bina diri, yang mencakup : kebersihan diri, makan, minum, mengurus barang pribadi dan alat sekolah yang dipakai, kebersihan dan kerapian lingkungan.
- Bermain. Bagi anak, bermain = bekerja dan mengembangkan potesi diri, meliputi aspek lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
- Belajar, tapi tidak terbatas pada pelajaran sekolah saja. Sedangkan tugas guru adalah mencari apa yang akan diajarkan pada anak berkebutuhan khusus berdasarkan tingkat okupasi.
- Dasar : makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan (jaga dan obati)
- Rasa aman : cinta, penerimaan, tidak dicela tapi diberi penjelasan
- Diterima lingkungan : teman, guru
- Percaya diri : mampu kuasai keterampilan tertentu seperti pelajaran, aturan, bina diri
- Aktualisasi diri : ada motivasi internal Perlu diingat bahwa kebutuhan yang leih rendah harus dipenuhi lebih dahulu sebelum melangkah ke kebutuhan selanjutnya.
- Persepsi auditori : pemahaman verbal. Apakah anak bisa memahami kata2 guru dengan baik, apakah anak sensitif terhadap suara yang berlebihan?.
- Persepsi visual : menguasai materi visual. Apakah anak kesulitan memahami huruf, grafik, bacaan?
- Proses berfikir : global atau detail.
- Koordinasi motorik : olahraga, menulis, prakarya
- Kemampuan memusatkan perhatian, tingkat kecerdasan dan kematangan emosi
- A belum bisa mempergunakan sendok, motorik kasar dan halus kurang berkembang. Jadi, berikan aktivitas sensorimotor yang dapat mengembangkan kemampuan motorik agar pada akhir semester A bisa memakai sendok.
- B sulit konsentrasi, tulisan kacau, sulit bekerja di kelas yang ribut. Jadi, berikan aktivitas yang dapt membantu konsentrasi dan mengatasi ribut, perbaiki koordinasi motorik halus, dan evaluasi motivasi anak.
- C masalah motorik berat, tapi kecerdasan dan motivasi baik. Jadi, berikan alat bantu seperti mesin tik atau komouter.
- D prestasi nauk turun, sulit konsentrasi, perhatian mudah teralih, kecerdasan baik. Jadi, evaluasi lebih cermat, bila perlu konsultasi dengan psikolog yang faham masalah anak secara holistik.
Dalam kaitannya dengan faktor Nurture, kita perlu menganut teori belajar Humanistic behaviorism. Teori ini membentuk perilaku yang diinginkan dengan mendukung terjadinya perilaku tersebut (memberi dukungan positif). Contohnya: pujian, sarana, dan yang paling penting adalah menentukan perilaku apa yang ada dalam jangkauan kemampuan anak.
Mengapa anak harus dipuji atas usaha belajarnya? Sebab otak anak belajar dan berkembang melalui emosi yang positif. Bila anak merasa gembira, dihargai dan didukung maka kemampuan belajarnya pun akan meningkat.Sebaliknya bila anak belajar dalam suasana tertekan dan terpaksa, ia tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal alias buang- buang waktu saja.
Pujian akan memberikan motivasi internal dalam diri anak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pujian :
- Tunjukkan dia berhasil karena usahanya.
- Jujur, tak ada implikasi tentang orang lain. Hindari “Betul kan kata Bunda”
- Tidak dibandingkan dengan anak lain.
- Tunjukkan bahwa ada standar perilaku yang dipercaya si anak bisa dicapainya. Contoh pujian yang baik : “Ibu suka karangan kamu, gambaran tentang sifat orang2 yang kamu temui selama liburan sangat teliti. Kamu telah berusaha dengan baik.” Contoh pujian yang kurang baik : “Bagus, kamu memang pintas, kalau nurut apa kata ortu dan guru pasti akan berhasil.”
- Setiap anak unik. Kesulitan setiap anak berbeda.
- Amati dan evaluasi kemampuan anak dalam melakukan tugas anak.
- Susun rencana pembelajaran per semester.
- Tentukan : siapa, aktivitas apa, di mana, bagaimana.
- Sadari makna suatu pelajaran bagi anak, apakah sudah dalam jangkauan kemampuan anak saat ini.
- Temukan cara mengatasi : sulit konsentrasi, kurang motivasi, prestasi naik turun, percaya diri kurang
- Bangun suasana belajar yang positif. Beri pujian pada anak.
Pengetahuan Dasar Sensory Integration Oleh: dr.Dewi K. Utama, Spa (neuro-pediatrician) Pediatric Therapy Clinic di Jl. Cipaku Indah V11/7 Bandung
Sensory Integration (SI) adalah suatu pendekatan untuk menilai dan melakukan terapi pada anak-anak yang menunjukkan kesulitan belajar dan/atau masalah perilaku. Teori SI sendiri menjelaskan proses biologis pada otak untuk mengolah berbagai informasi sensorik untuk mengatur perilaku dan belajar.
Setiap saat selalu ada input sensorik yang memberikan rangsangan pada alat- alat indera, kemudian rangsangan itu disampaikan ke otak melalui serabut- serabut saraf. Di samping input-input sensorik yang sengaja kita cari (petunjuk guru, denah di papan tulis) selalu ada input lain (aliran udara, gesekan baju, suara di sekeliling). Tentu akan sangat membingungkan bila otak tidak punya mekanisme untuk mengatur penerimaan dan pengolajan semua input sensorik tersebut.
Proses SI di dalam otak, memilih input yang dapat diabaikan dan input penting yang bersangkutan, lalu memproses, mengartikan dan akhirnya merencanakan aksi terhadap input yang bersangkutan: apakah akan disimpan dalam memori atau akan melakukan tindakan. Semua proses tersebut terjadi secarra otomatis tanpa kita sadari.
Setiap bagian tubuh perlu oksigen dan nutrisi. Namun untuk otak, diperlukan juga berbagai stimuli sensorik (=input sensorik). Otak anak- anak memerlukan rangsangan sensorik untuk membangun fungsi SI yang merupakan fondasi mendasar perkembangan keterampilan kompleks yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari
Disfungsi dalam menerima dan mengolah input sensorik akan menyebabkan masalah perilaku dan kemampuan belajar, contohnya:
- Hambatan prestasi sekolah
- Kurang percaya diri
- Masalah emosi dan/atau sosialisasi
- Terlalu aktif/terlalu pendiam
- Terlalu peka/kurang peka terhadap sentuhan, gerakan, suara, dsb
- Perhatian mudah teralih
- Kurang bisa mengontrol diri
- Gerakan tidak luwes/serampangan
- Hambatan pada perkembangan keterampilan motorik, berbicara dan berbahasa
- Tidak peduli pada orang disekitarnya
- Batang otak/otak primitif/otak reptil: pusat motor sensorik, insting.
- Otak tengah/sistem limbik/otak mamalia: pusat emosi, memori,bioritmik, sistem kekebalan tubuh.
- Kulit otak/neokorteks: pusat berpikir, berbicara, perilaku waras, kecerdasan yang lebih tinggi (contoh: mencipta). Input sensorik (cahaya, bunyi, kimia, gesekan, gerak, gravitasi, aktivitas otot) akan diterima oleh reseptor khusus (alat indra). Lalu input ini akan diteruskan ke batang otak, sistem limbik dan kulit otak.
SISTEM VESTIBULER
Reseptor indera vestibuler terletak di dalam telinga tengah. Reseptor ini menerima stimulasi dari gerakan kepala dan gaya tarik bumi. Indera vesitbuler memberikan informasi tentang posisi tubuh kita dalam ruangan, sehingga kita dapat membedakan apakah kita atau ruangan yang bergerak.Anak dengan sistem vestibuler kurang peka, menunjukkan perilaku berikut:
- tidak bisa duduk dengan tenang, banyak bergerak
- tidak cepat pusing bila berputar atau berayun
- perlu bergerak untuk memusatkan perhatian pada suatu tugas
- takut bergerak, naik turun tangga, berdiri pada satu kaki
- mudah mabuk bila naik mobil, ayunan
- tidak suka pada posisi kepala di bawah
- Sulit menaksir jarak di antara benda-benda
- Sulit menulis
- Sulit menentukan arah dan membedakan kiri kanan
- Sulit melakukan aktivitas motorik halus yang memerlukan ketepatan: menggunting, menempel
SISTEM PROPRIOSEPTIF
Reseptor indera proprioseptif terletak di dalam otot dan persendian. Reseptor ini menerima stimulasi bila otot melakukan gerakan secara aktif. Indera proprioseptif memberikan informasi tentang posisi bagian-bagian tubuh kita.Gangguan pada sistem proprioseptif, mungkin terlihat sebagai:
- gerakan kikuk dan tidak terkoordinasi
- sering tersandung atau jatuh
- tidak dapat mengerjakan sesuatu tanpa melihatnya
- sulit memperkirakan kekuatan yang diperlukan untuk melakukan tugas.
- memerlukan stimulasi tambahan, misalnya jalan dengan berjinjit, menghentakkan kaki dengan kuat, menutup pintu dengan membantingkan daun pintu, dll
SISTEM TAKTIL
Reseptor indera taktil terletak pada kulit dan beberapa lokasi selaput lendir. Indera taktil memberikan informasi tentang kualitas benda-benda yang diraba (keras, halus, dsb), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (= fungsi diskriminatif). Selain itu sistem taktil juga menerima rasa raba halus, nyeri dan temperatur (= fungsi protektif)Anak dengan sistem taktil kurang peka, menunjukkan perilaku berikut:
- tidak menyadari kalau barang yang dipegangnya jatuh
- kurang merasa kalau terbentur/luka
- tidak dapat membedakan benda yang dipegang tanpa melihat
- hambatan perkembangan motori halus
- sulit menguasai keterampilan praktis
- menunjukkan reaksi negatif bila tersentuh secara tiba-tiba
- menolak untuk berbaris bersama anak-anak lain
- memukul teman karena tidak mau berdekatan
- tidak suka aktivitas yang “kotor” misalnya main tanah liat, memegang lem, mempergunakan cat dengan jari, telanjang kaki di rumput dsb
- tidak suka memakai baju dengan tekstur tertentu
- tidak nyaman bila diseka mukanya, disisir rambutnya ataupun dcukur
- sangat “pembersih”, bila makan bolak-balik mengelap mulutnya agar bersih
PENYEBAB GANGGUAN SI
Berbagai penelitian menemukan beberapa faktor, yang mungkin berperan dalam menimbukan gangguan pada otak, sehingga otak kurang mempu memproses informasi sendorik dengan baik. Faktor-faktor tersebut adalah:- Ketika anak masih dikandung: ibu mungkin mengalami kurang gizi, kenaikan tekanan darah, menderita penyakit infeksi, mempunyai kebiasaan merokok, minum alkohol, penyalahgunaan pemakaian obat.
- Ketika anak lahir, mungkin mengalami kesulitan sehingga perlu pertolongan khusus (lahir dengan alat, operasi, lahir spontan tapi tidak segera menangis).
- Setelah lahir, mungkin anak menjadi kuning pada 4 minggu pertama, mengalami demam tinggi/kejang.
- Faktor keturunan atau genetik
- ADHD: Attention Deficit and Hiperactivity
- Gangguan Spektrum Autism
- Gangguan belajar spesifik, gangguan perkembangan: bahasa, dsb
PENILAIAN MASALAH SI
Pemeriksaan SI terdiri dari tes khusus dan observasi dari respons anak terhadap berbagai input sensorik, keseimbangan dan postur tubuh, koordinasi gerakan bagian-bagian tubuh, gerakan mata keterampilan motorik kasar dan halus. Kadang-kadang perlu juga memperhatikan anak ketika bermain / belajar di sekolah. Pemeriksaan yang lengkap biasanya memerlukan waktu 1-2 jam. Para orangtua sebaiknya menanyakan di mana pemeriksa mendapatkan pendidikan atau pelatihan mengenai masalah SI tersebut.Hasil pemeriksaan SI tersebut kemudian dianalisa bersama-sama dengan keterangan dari orang tua dan hasil pemeriksaan para ahli lainnya. Setelah dianalisa, mungkin anak tersebut akan disarankan mengikuti terapi SI.
TERAPI SI
Terapi ini dirancang untuk memberikan input vestibuler, propriosentif, taktil, auditory, visual dan sebagainnya sesuai dengan kebutuhan anakn dalam bentuk permainan yang menantang. Sedikit demi sedikit aktivitas dipersulit agar anak dapat mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik yang lebih baik.Terapi SI biasanya diberikan 1-2 kali seminggu, tiap kali kira-kira 1-1,5 jam, tergantung kebutuhan anak dan ketersediaan sarana terapi. Lamanya terapi berkisar antara 6 bulan – 2 tahun. Kadang-kadang ada anak yang memerlukan terapi secara periodik, misalnya 6 – 8 bulan, kemudian diulangi beberapa waktu kemudian. Dari waktu ke waktu para terapis selalu melakukan evaluasi atas kemajuan anak sehingga dapat dinilai apakah terapi cocok untuk kebutuhannya atau diperlukan cara pendekatan lainnya.
Terapi SI ini akan memperbaiki fungsi otak anak, sehingga perilaku anak lebih baik dan lebih adaptif. Hal ini akan menunjang kemampuan anak untuk menyesuaikan, mengontrol emosinya dan memperbesar rasa percaya dirinya.
Bagaimana Mengoptimalkan Kemampuan Mental Anak dengan Konsep Bermain sebagai Pusat Kurikulum? Oleh: Dra. Farah T. Suryawan, Psi Anak Klinik Perkembangan dan Perilaku Anak “Tanaya” Bandung
Periode ANAK adalah dari masa bayi sampai masa sebelum dewasa (dengan batasan usia yang berbeda-beda: hingga usia 10 atau 16 tahun).
Pendidikan anak pada hakikatnya adalah adanya perubahan perilaku fundamental yang diharapkan yaitu:
- dari tidak tahu menjadi tahu
- dari tidak bisa menjadi bisa
- Pendekatan SAINS: menekankan pada eksperimen, analisis, pengukuran, perhitungan, klasifikasi dan perbandungan.
- Pendekatan FILOSOFIS: tidak terbatas masalah pengalaman indrawi/faktual, namun kompleks dan mendalam (tujuan dan nilai pandangan hidup).
- Pendekatan RELIGI: menekankan pada ajaran religi sebagai sumber inspirasi pelaksanaan pendidikan. Al Quran dijadikan landasan para ahli untuk menyusun dasar dan tujuan pendidikan, memanfaatkan temuan-temuan sains seperti psikologi, sosiologi, fisik dan ilmu lain.
- Pendekatan MULTIDISIPLIN: pendekatan holistik dan terpadu mencakup sains, filosofi, religi dan mungkin pendekatan seni yang saling memiliki hubungan komplementer. Misi pengembangan anak di Sekolah Alam Bandung (SAB) sendiri adalah mendidik anak agar memiliki akhlakul karimah, berfalsafah ilmu pengetahuan dan berkarakter kepemimpinan.
- KONVENSIONAL Sekolah reguler yang hanya berpusat pada kurikulum Diknas
- SEMI KONVENSIONAL Sekolah “plus”: sekolah yang menganut kurikulum Diknas dan beberapa materi tambahan yang dianggap penting. Contohnya: pelajaran bahasa Mandarin, bahasa Arab, dll
- NON KONVENSIONAL Sekolah yang menjalankan kurikulum Diknas dengan kemasan konsep pengajaran tersendiri (khas), contohnya active learning, fun learning, quantum learning, program Montesorri, dsb. Sekolam Alam Bandung masuk dalam kategori ini.
Pandangan lama tentang perkembangan anak adalah paham Behaviorism, yaitu persepsi bahwa anak “deficit”. Sejak lahir, anak dipandang sebagai individu tabularasa yang pasif, yang hanya menunggu untuk diberi pelajaran. Proses belajar terjadi secara top down. Paham ini dianalogikan dengan teko yang mengisi cangkir kosong. Teko adalah guru atau orang tua, sedangkan anak adalah cangkir kosong yang pasif yang menunggu untuk diisi oleh guru/orang tuanya.
Sekarang, berkembang pandangan baru tentang perkembangan anak Paham Constructivism menganut persepsi bahwa anak “different”. Sejak lahir, anak dipandang sebagai individu yang sudah memiliki potensi unatuk berkembang. Proses belajar atau pemahaman anak dibangun sendiri oleh anak tersebut, bukan diberikan olah orang lain. Paham Constructivism menghargai anak sebagai pribadi yang unik dilihat dari sudut dalam diri anak tersebut. Otak anak tidaklah pasif melainkan aktif mencari kejelasan. Peran guru/orang tua disini adalah memberikan interaksi sosial sehingga pemahaman anak akan lebih luas Paham ini dianalogikan dengan teko yang menyirami tunas tanaman yang baru tumbuh. Teko adalah guru atau orang tua, sedangkan anak adalah tunas tanaman yang memiliki kemampuan aktif untuk tumbuh.
Aspek-aspek perkembangan yang harus diperhatikan di sekolah:
- Aspek kesehatan dan pertumbuhan
- Aspek motorik/gerakan kasar dan halus (melibatkan semua otot-otot jari)
- Mengembangkan pemahaman dan pengertian/kognisi
- Mengembangkan sosialisasi
- Melatih perasaan yang baik
- Mengembangkan spiritual
- otak kiri: teratur, logis, beruruan, terfokus
- otak kanan: imajinatif, kreatf, intuitif, humanistik, menyebar
- Kecerdasan Intelektual (IQ) Cerdas secara akal: kemampuan bertindak yang bertujuan, berpikir rasional dan berlaku secara efektif dengan lingkungan.
- Kecerdasan Emotional (EQ) Cerdas memahami emosi diri, mengekspresikan emosi dengan tepat, mampu memotivasi diri, mampu memahami emosi orang lain dan mampu membina hubungan sosial.
- Kecerdasan Spiritual (SQ) Cerdas memaknakan kehidupan: siapakah saya, apa tujuan hidup saya, mengapa saya ada di planet ini, mampu meng-ESA-kan Tuhan di antara semua godaan hidup
Para PENDIDIK harus:
- mengembangkan program dari sudut anak itu sendiri (Developmentally Appropriate Practise/DAP) yang menjadi kunci dari kurikulum berbasis bermain
- mampu memantau permainan yang spontan dan kreatif
- mampu melakukan refleksi dan kemampuan analisis
Fungsi bermain, antara lain untuk mengembangkan:
- Intelektual: mengatur pengalaman menjadi bermakna
- Berpikir simbolik: objek + peran
- Kemampuan bahasa dan baca tulis
- Bermain dan berpikir logika matematika
- Problem solving
- Perkembangan imajinasi dan kreativitas
- Perkembangan sosial dan moral
- Perkembangan pemahaman diri
- 3 tahap bermain ” fungsional, simbolik, aturan
- 3 jenis bermain: solitair, paralel, kelompok
- Mengerahkan energi mental
- Menciptakan strategi
- Memahami perkembangan normal dari setiap tingkatan usia
- Desain: dalam ruangan + di luar ruangan
- Tempat bermain: “kasar”, “halus”, bermain sendiri, kelompok kecil, kelompok besar
- Luas ruangan yang ideal untuk kegiatan dalam ruangan adalah 75-125 m2 untuk 15-20 siswa
- Memperhatikan pengaturan ruang dan pengaturan di sekitar ruangnya
- Pembagian antara area bermain tenang dan area bermain ramai
- Keberadaan ruangan “lembut” (untuk privacy dan time out)
- sebagai asisten dalam pertunjukan
- sebagai pemberi kedamaian
- sebagai penjaga gawang
- sebagai pemain paralel
- sebagai penonton/komentator
- sebagai partisipan
- sebagai “makcomblang”
- sebagai pencatat cerita